Saturday, September 10, 2005

Debit kredit perpacaran

Ada yang pernah bilang bahwa membina suatu hubungan, dengan take and give , sama halnya dengan menabung. Take and give, menerima dan memberi, adalah debit dan kredit. Berapa lama kita menabung, berapa jumlah saldo kita, berapa bunga yang kita terima, beberapa orang setuju bahwa hal inilah yang penting dalam suatu hubungan. Itulah sebabnya terjadi penyesalan, shock, kelimpungan pada saat seseorang mencuri buku tabungan kita, atau bank yang telah kita percaya selama ini dinyatakan pailit. Wham, palu godam menghantam kita. Lalu....bagi mereka yang tidak kuat, ya menjadi apatis, dan nyaris gila.

Iya juga sih, kalau mau ingat2 berapa banyak yang sudah kita beri, dan atas dasar apa, toh bukannya mengharapkan bunga, hanya ingin biar tabungan kita itu aman di bank. Gak usah pake embel2, gak usah pake bonus. Nah, menyangkut hubungan perpacaran, aku jadi teringat dengan seorang pria yang sampai sekarang masih menempati posisi pertama dalam kategori bijaksana dan dewasa. Inisialnya DFP, aku pacaran sama dia dua tahun lamanya, yah..masih sistem saklar lampu on-off sepihak. Ada perkataannya yang dulu aku tertawakan dengan amat sangat. Kata-katanya kira-kira seperti ini :

Pada saat kau memulai suatu hubungan dengan niat yang baik, memperlakukan pasangan dengan tulus dan sayangmu tak mengharapkan apa-apa kecuali kebersamaan, kau tidak akan pernah merasakan sesal pada saat hubungan itu berakhir. Walaupun akhirnya kau ditusuk dari belakang, dicampakkan begitu saja, atau bahkan hal terburuk sekalipun. Karena kau telah melakukan daya terbaik, pada orang yang pernah kau anggap terbaik dan pantas untukmu. Percayalah, lebih baik hidup dengan kenyataan kita disakiti daripada kita menyakiti. Karena kita tidak akan pernah lepas seutuhnya dari dia yang sudah kita sakiti, terutama bila dia adalah orang yang selalu mengusahakan yang terbaik untuk kita.

Dulu aku tertawa, sangat geli, karena aku saat itu adalah si brengsek yang tidak berniat serius, bahkan dengan perbedaan umur nyaris 7 tahun itu. Aku hanya mau dekat dengannya saat aku sedang susah, dan bersenang-senang dengan yang lain setelahnya. Dulu sekali, waktu aku baru mulai kuliah S1.

Baru dua kali terakhir ini aku serius membina hubungan. Dan apapun yang terjadi, aku tidak menyesal, walau koma dijadikan titik dengan darah merah sebagai tinta. Kenapa? Karena sesal tidak akan datang padaku, yang telah berusaha maksimal dan membuang ego jauh-jauh. Percayalah, setiap manusia adalah khas, yang tidak akan pernah bisa digantikan.

*ini terlintas di benak 24 jam yang lalu, saat aku belum berbincang dengan aku yang sejujurnya

3 comments:

nabil basalamah said...

and at the end the love we get is equal with the love we give... (the beatles)

raindancer said...

Setuju.. Laki-laki yang bijaksana.
Kata2nya menjelaskan dengan baik kenapa dia, aku dan sebagian besar lainnya bertindak seperti orang bodoh pada saat... in love.

sukab said...

kalau perpacaran dgn take and give lalu apa bedanya dengan transaksi "pelacuran" yg penting sama-sama senangkan???

cinta,adlh soal lain. itu masalh perasaan yang terjelaskan hanya pd org yg merasakan bkn utk diungkapkan, hanya dirasakan